Kamis, 16 September 2010

BANYAK DZIKIR DAPAT MENCEGAH HIPNOTIS

 
Kejahatan dengan cara menghipnotis korbannya makin merajalela, apalagi pada saat meningkatnya arus mudik seperti minggu ini. Harta yang menjadi sasaran terutama uang tunai di tangan korban, telepon seluler, perhiasan, bahkan sepeda motor. Selalu bersikap waspada dan meningkatkan konsentrasi bisa menjadi cara ampuh menghadang hipnotis.

Sebenarnya hipnoterapi merupakan bagian dari ilmu psikologi. Di sejumlah negara, praktik hipnoterapi ini sudah diakui oleh profesi kedokteran. Pada intinya metode ini sangat bermanfaat untuk membantu mencari akar masalah hingga jauh ke bawah sadar untuk kemudian memperbaikinya.

Hipnotis pada dasarnya adalah memasukkan beberapa sugesti ke dalam pikiran orang sehingga pikiran yang lama terbuang. Sugesti itu dimasukkan dengan perkataan yang monoton, menghitung mundur atau menggerakkan bandul di depan subyek. Dalam masyarakat kita ada beberapa orang yang tergolong sebagai orang yang gampang tersugesti. Orang seperti inilah yang gampang terhipnotis.

Menurut psikolog Irna Minauli, MPsi, seseorang yang dalam kondisi lengah, banyak pikiran, dan tidak fokus terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan, sangat mudah untuk menjadi korban pelaku hipnotis. Terlebih, jika seseorang itu memiliki sikap yang penurut, tidak kritis, dan mudah dipengaruhi akan memudahkan pelaku untuk menggiring pikiran korban kejahatan itu agar menuruti segala yang perintah.
   
"Pastinya saat daya konsentrasi sudah menurun sampai 75 persen maka besar peluang untuk dihipnotis," kata Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area itu. Untuk mencegahnya, ia menyarankan agar kita selalu waspada terhadap orang asing serta menghindari pikiran yang kosong. Kegiatan zikir, membaca buku, atau kegiatan lain yang sifatnya mengisi pikiran bisa dilakukan untuk mencegah hipnotis.

Selain itu, masyarakat perlu waspada bila seseorang yang tidak dikenal menyapa dengan ramah dan lemah lembut. Terlebih bila sapaan-sapaan yang dilontarkan dilanjutkan dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban "ya". "Kalau pelaku bertanya dan kita selalu menjawab ’ya’ sebanyak tiga kali maka mudah untuk memberi perintah selanjutnya," katanya seperti dikutip Antara.

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer